
31, Mar 2025
Kuliner Lebaran Nusantara Kian Langka, Warisan Rasa yang Hampir Punah
Jakarta – Lebaran di Indonesia selalu identik dengan hidangan khas yang menggugah selera. Setiap daerah memiliki sajian khas yang mencerminkan kekayaan budaya dan kearifan lokal. Namun, di tengah perubahan zaman dan gaya hidup yang semakin praktis, beberapa kuliner khas Lebaran mulai terpinggirkan dan terancam punah. Sejumlah makanan tradisional yang dahulu menjadi hidangan wajib di hari kemenangan kini semakin sulit ditemukan.
Kuliner Lebaran yang Mulai Terlupakan
Di berbagai daerah, beberapa makanan khas Lebaran mulai jarang tersaji di meja makan keluarga. Salah satunya adalah Kue Bagea dari Maluku, kue berbahan dasar sagu dengan tekstur keras yang dahulu selalu ada saat Lebaran. Kue ini kini semakin jarang ditemukan karena proses pembuatannya yang memakan waktu dan kurang diminati generasi muda.
Dari Sumatera Barat, ada Galamai, sejenis dodol yang dibuat dari santan, gula aren, dan tepung beras ketan. Kue ini memiliki rasa khas yang legit, namun proses pembuatannya yang panjang dan membutuhkan keahlian khusus membuatnya mulai tergantikan oleh kudapan yang lebih praktis.
Sementara di Jawa, Sayur Besan yang dulu menjadi hidangan istimewa bagi masyarakat Betawi saat Lebaran kini hampir tak lagi terdengar. Sayur berbahan dasar terubuk (bunga tebu liar) ini mulai sulit ditemukan karena bahan bakunya yang semakin langka.
Perubahan Gaya Hidup dan Faktor Penyebab
Berkurangnya popularitas kuliner Lebaran khas daerah bukan tanpa sebab. Salah satu faktor utama adalah perubahan gaya hidup masyarakat yang semakin modern dan praktis. Banyak keluarga kini lebih memilih makanan instan atau menu yang lebih mudah disiapkan dibandingkan memasak hidangan tradisional yang membutuhkan waktu dan tenaga lebih.
Selain itu, perubahan pola konsumsi generasi muda yang lebih tertarik pada kuliner populer turut berkontribusi dalam meredupnya eksistensi makanan tradisional. Banyak anak muda lebih mengenal makanan cepat saji dibandingkan hidangan khas daerah mereka sendiri.
Tidak hanya itu, beberapa bahan baku utama untuk kuliner Lebaran tradisional semakin sulit ditemukan. Terubuk, misalnya, yang menjadi bahan utama Sayur Besan, kini jarang dijumpai di pasar. Hal ini berimbas pada semakin langkanya makanan tersebut di meja Lebaran masyarakat Betawi.
Upaya Pelestarian Warisan Kuliner
Meski terancam punah, beberapa pihak mulai bergerak untuk melestarikan kuliner Lebaran khas Nusantara. Sejumlah komunitas pecinta kuliner tradisional hingga pemerintah daerah mulai menggiatkan kembali promosi makanan khas melalui festival makanan dan pelatihan kuliner tradisional.
Selain itu, media sosial juga menjadi alat yang cukup efektif dalam memperkenalkan kembali makanan khas yang hampir hilang. Banyak kreator kuliner mulai membagikan resep-resep tradisional dengan pendekatan yang lebih modern agar tetap relevan bagi generasi muda.
Sebagai bagian dari warisan budaya, kuliner Lebaran Nusantara tidak hanya sekadar makanan, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan makna sosial yang mendalam. Jika tidak segera dilestarikan, bukan tidak mungkin beberapa di antaranya hanya akan menjadi catatan sejarah tanpa bisa lagi dinikmati di masa depan.
Lebaran bukan hanya tentang perayaan, tetapi juga tentang menjaga tradisi. Masyarakat diharapkan dapat turut berperan dalam mempertahankan kuliner khas daerah, baik dengan tetap menyajikannya saat Lebaran maupun mengenalkan kembali kepada generasi berikutnya. Karena sejatinya, di balik setiap hidangan khas, tersimpan cerita dan warisan yang harus terus dijaga.
- 0
- By riana