15, Apr 2025
Ais Tingkap: Kedai Es Sirop Legendaris Berusia 106 Tahun di Penang

Nama Ais Tingkap, yang secara harfiah berarti “es jendela”, berasal dari cara penjualannya pada masa lalu. Pada awalnya, minuman ini dijual melalui jendela toko kecil di Lebuh Tamil, memungkinkan pelanggan untuk memesan dan menerima minuman langsung dari jendela tersebut. Kebiasaan unik inilah yang memberikan identitas khas pada minuman ini

Resep Turun-Temurun yang Autentik

Selama lebih dari satu abad, Ais Tingkap mempertahankan resep tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi. Minuman ini merupakan perpaduan harmonis antara sirup mawar, biji selasih, getah anggur, isi kelapa muda, dan akar sarbat, disajikan dengan es serut yang menyegarkan. Kombinasi bahan-bahan ini tidak hanya memberikan rasa manis dan segar, tetapi juga dipercaya memiliki khasiat menyejukkan tubuh

Daya Tarik yang Tak Pernah Luntur

Meskipun telah beroperasi selama lebih dari 100 tahun, Ais Tingkap tetap menjadi favorit di kalangan penduduk lokal maupun wisatawan. Setiap hari, kedai ini mampu menjual antara 300 hingga 500 gelas, terutama saat musim panas. Keunikan rasa dan sejarah panjangnya menjadikan Ais Tingkap sebagai destinasi kuliner yang wajib dikunjungi di Penang .​

Pengakuan dan Warisan Budaya

Keistimewaan Ais Tingkap tidak hanya diakui oleh masyarakat lokal, tetapi juga oleh pemerintah dan media internasional. Minuman ini pernah masuk dalam daftar “50 Hal yang Harus Dilakukan di Penang” oleh Time Out pada tahun 2017, serta mendapat liputan dari berbagai media seperti Penang Foodie dan Smarter Travel dari Amerika Serikat

Lokasi dan Jam Operasional

Bagi Anda yang ingin mencicipi kesegaran Ais Tingkap, kedai ini terletak di Lebuh Tamil, bersebelahan dengan Pasar Chowrasta, George Town, Penang. Kedai ini buka setiap hari dari pukul 11 pagi hingga 7 malam, menawarkan pengalaman kuliner yang autentik dan penuh sejarah .​

Dengan mempertahankan cita rasa tradisional dan sejarah yang kaya, Ais Tingkap bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga simbol warisan budaya yang terus hidup di tengah modernisasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *