
16, Apr 2025
Tempe dan Tahu: Kuliner Indonesia Favorit Warga Papua Nugini di Perbatasan Papua
Di wilayah perbatasan antara Papua Indonesia dan Papua Nugini, tak hanya perdagangan barang kebutuhan pokok yang berlangsung aktif, tapi juga pertukaran budaya yang terasa hangat dan nyata. Salah satu bentuk interaksi budaya yang paling terasa adalah dalam hal kuliner. Menariknya, dua makanan khas Indonesia—tempe dan tahu—justru menjadi favorit yang begitu digemari oleh warga Papua Nugini yang tinggal dekat perbatasan.
Fenomena ini bukan sekadar soal selera, tetapi mencerminkan bagaimana makanan bisa menjembatani dua budaya yang berbeda. Bukan hal aneh jika di pasar-pasar perbatasan seperti di Skouw, Jayapura, kita melihat antrean panjang warga dari seberang yang rela menempuh jarak cukup jauh demi bisa mendapatkan tempe dan tahu segar produksi lokal Indonesia.
Cita Rasa Sederhana yang Menyentuh Lidah
Tempe dan tahu memang memiliki cita rasa yang sederhana namun khas. Tempe, dengan tekstur padat dan rasa gurih khas fermentasi kedelai, begitu fleksibel untuk diolah menjadi berbagai menu. Mulai dari digoreng garing, dimasak kuah, hingga dibakar. Sementara tahu hadir sebagai bahan serbaguna dengan tekstur lembut yang mampu menyerap bumbu dengan sempurna.
Bagi warga Papua Nugini, keunikan rasa ini menjadi hal baru yang menggoda lidah. Ditambah lagi, keduanya dapat diolah dengan mudah tanpa membutuhkan banyak bumbu mahal—sebuah nilai tambah penting di kawasan dengan akses logistik yang tidak selalu lancar.
Harga Terjangkau dan Nilai Gizi Tinggi
Salah satu alasan utama tempe dan tahu begitu populer di kalangan warga Papua Nugini adalah karena harganya yang sangat terjangkau. Dibandingkan daging atau ikan, tempe dan tahu jelas lebih ekonomis, namun tetap kaya protein.
Sebagai sumber protein nabati, keduanya menawarkan nutrisi yang baik bagi keluarga. Dalam konteks wilayah perbatasan yang sebagian besar masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan perdagangan kecil, kehadiran tempe dan tahu menjadi solusi makanan sehat dan murah yang sangat dihargai.
Produksi Lokal yang Mendorong Ekonomi Rakyat
Kehadiran tempe dan tahu di wilayah perbatasan bukanlah hasil dari pabrik besar, melainkan dari industri rumahan masyarakat Indonesia di Jayapura dan sekitarnya. Para pengrajin lokal memproduksi dalam jumlah yang konsisten dan menjualnya di pasar tradisional. Dari sinilah jalinan ekonomi mikro terbangun.
Para pedagang dari Papua Nugini biasanya datang pada hari pasar, membawa hasil kebun atau kerajinan mereka untuk ditukar atau dijual, lalu kembali membawa pulang bahan pangan favorit mereka—termasuk tempe dan tahu.
Kuliner yang Menyatukan
Di tengah perbedaan bahasa, budaya, dan batas negara, tempe dan tahu menjadi titik temu yang hangat. Dalam banyak kesempatan, warga dari kedua negara duduk bersama, menikmati sajian tempe goreng hangat atau tahu bacem sambil bercengkerama ringan.
Kehadiran dua makanan sederhana ini mengingatkan kita bahwa kuliner bukan hanya soal rasa dan nutrisi, tapi juga tentang koneksi manusia. Ia mampu melintasi batas politik dan menciptakan ruang interaksi sosial yang sehat di perbatasan.
- 0
- By riana